News

Ini Harapan Petani Sawit di Riau

SUARA PEKANBARU - Fenomena tingginya harga pupuk kini menjadi pembahasan yang hangat di kalangan petani Kelapa Sawit. Bahkan bukan hanya di Riau, namun juga hampir merata se-Nusantara.

Seperti diketahui, hingga saat ini harga pupuk kimia tengah melambung tinggi. Yani mulai 71-75 persen.

Menanggapi hal itu, Ketua DPD APKASINDO Rokan Hulu, Syafarudin Poti mengaku prihatin dengan tingginya harga pupuk meski harga tandan buah segar (TBS) Riau tinggi. Menurutnya, saat ini petani bukan hanya membutuhkan ketersedian pupuk tadi, tapi juga keterjangkauan harga.

"Jadi catatan penting dimana pemerintah harus mengevaluasi kondisi harga pupuk yang kita nilai tidak beraturan kenaikan harganya," ujar pria yang juga duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Riau itu, Jumat (10/09)

Hal senada juga di ungkapkan Ketua DPD APKASINDO Dumai, H Kosim. Ia menuturkan seharusnya kenaikan harga pupuk seimbang dengan kenaikan harga TBS saat ini. Bukan justru melampaui rasio yang ada.

"Pupuk itu sangat penting bagi Pekebun jangan malah menjadi beban karna pupuk itu pemicu produksi bukan penghambat produksi," tuturnya.

Keduanya pun kompak kalau PT Pupuk Indonesia (PI) dapat memecahkan masalah ini. Bahkan juga menjadi penyeimbang atas tinggainya harga pupuk tadi.

Sebelumnya, PI membantah kenaikan yang terjadi di internalnya seperti yang terjadi di lapangan. Untuk itu pihaknya saat ini tengah melakukan survei guna mencari sumber masalah kenaikan pupuk tersebut.

"Harga itukan memang berkaitan dengan market. Namun, hanya apakah naiknya di level kita atau hingga kelas petani. Saat ini kita tengah survei," terang SVP Pemasaran PT PI, M Syafi'i.

Diterangkannya, beberapa hari belakangan ini pihaknya tengah melakukan survei dengan turun langsung hingga lini petani. Tak terkecuali di Riau, pihaknya juga menggali informasi dari DPP APKASINDO terkait kondisi harga pupuk di lini petani kelapa sawit.

"Mamang benar ada kenaikan harga pupuk dari PI, namun besarannya gak sampai 71 persen seperti yang terjadi di lapangan. Untuk itu kita lihat dimana permasalahan sebenarnya," bebernya.

Dikatakannya, kenaikan harga yang terjadi di perusahaan BUMN itu hanya sebesar 20-30 persen saja. Sementara, di pasaran harga pupuk sampai menyentuh 75 persen.

"Nah ini apakah ini praktek pasar atau lantaran dari sisi suplay yang menyebabkan naiknya harga tadi," terangnya.





[Ikuti Terus Suarapekanbaru.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Suarapekanbaru.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan