Suara Kami

Terjangan Hoax dan Pemilu 2024

MEDIA sosial merupakan platform online yang memungkinkan pengguna untuk terhubung, berbagi informasi, dan berinteraksi satu sama lain tanpa terbatas. Melalui media sosial, orang dapat berkomunikasi, berbagi pemikiran, foto, video, serta berpartisipasi dalam berbagai aktivitas online seperti berdiskusi, menyampaikan pendapat, atau mengikuti perkembangan topik-topik tertentu.

Kemudahan ini membawa dampak positif, tetapi juga menimbulkan tantangan baru, terutama dalam hal penyebaran informasi palsu atau hoaks. Hal ini menjadi lebih krusial selama periode pemilihan umum (Pemilu), di mana keberlangsungan demokrasi dapat dipengaruhi oleh penyebaran informasi yang tidak benar.

Pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dalam konferensi persnya di Jakarta pada Selasa (28/11/2023), pada bulan November 2023 saja, terdapat 39 isu hoaks terkait Pemilu di platform digital, dengan lebih dari satu isu hoaks setiap harinya. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengklaim telah menemukan 96 isu hoaks pemilu dalam rentang waktu 17 Juli sampai 26 November 2023. Dari jumlah tersebut, 290 konten hoaks sudah di-takedown, dan 65 konten sedang dalam proses tindak lanjut.

Facebook menjadi platform media sosial dengan jumlah hoaks pemilu terbanyak, yaitu 312 hoaks. Diikuti oleh TikTok dengan 21 konten hoaks, dan YouTube dengan 17 konten. Tindakan takedown dan proses tindak lanjut juga dijelaskan untuk setiap platform. Presiden Joko Widodo juga disebutkan memfokuskan perhatiannya pada tiga masalah, yaitu hoaks, ujaran kebencian, dan penyebaran konten yang merendahkan di ruang digital. 

Lalu, mengapa masyarakat Indonesia masih ada yang begitu mudahnya membuat dan percaya hoaks? 

Perkembangan teknologi dan ketersediaan akses informasi yang mudah telah membuka pintu bagi penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab informasi hoaks seperti mudahnya akses teknologi, kurangnya literasi digital, minimnya minat membaca, dan pengaruh emosional.

Oleh karena itu, hal ini dapat di sikapi oleh para pengguna media sosial agar menjadi netter yang cerdas dan lebih selektif serta berhati-hati akan segala berita atau pun informasi yang beredar. Diharapkan untuk tidak langsung percaya dan mencari tahu dulu dari mana sumber informasi yang diterima. Jangan mudah terprovokasi dengan menyebarluaskan kembali berita atau informasi yang belum jelas benar atau tidaknya. Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, pengguna media sosial dapat membantu mengurangi penyebaran berita hoax dan menciptakan lingkungan daring yang lebih aman dan informatif.*

Penulis : Firman Wibowo
Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Unri





[Ikuti Terus Suarapekanbaru.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 0813-6567-1385
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan Suarapekanbaru.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan